Dilan Mah Lewat

Februari 12, 2018


Dari akhir bulan Januari, sosmed rame banget sama sosok Dilan. Iya, Dilannya Milea. Kisah romansa Dilan dan Milea ini jadi viral bebarengan dengan difilmkannya kisah yang sudah dikenal banyak orang lewat novel ini. Dilan digambarkan sebagai sosok yang romantis, perhatian banget sama Milea, dan ucapannya bisa bikin Milea dan ciwi-ciwi lainnya senyam-senyum sendirian ( Am I? ).

Jujur aku ngga begitu tertarik sama Dilan-Milea. Menurutku, cerita ini terlalu susah buat diwujudkan (oleh saya mungkin) di dunia nyata, walau sebenarnya emang diangkat dari kisah asli. Tapi, langka banget cowo macam Dilan yang eksis di dunia sekarang, menurutku loh ya. Dan, aku ngga mau terlalu berilusi dengan fantasi tentang cerita seperti itu (karena lebih suka berilusi tentang oppa koriya). Tiap orang punya pandangan sendiri tentang gimana sosok Dilan itu, jadi ngga salah kalau ada yang mengidolakan dan ada yang kurang suka. Tiap orang berhak dong punya preferensi masing-masing tentang sifat orang yang mereka idolakan?

Awalnya aku underestimate sama film Dilan, selain karena aktornya, juga ga mau nonton karena seperti yang sudah kujelaskan barusan. Tapi, setelah lihat salah satu snapgram temen yang tadinya sama-sama underestimate jadi nonton dan not bad katanya, aku jadi pengen nonton Dilan juga. Udah wacana berkali-kali tapi gagal nonton terus. Mungkin ngga diizinin Tuhan buat nonton Dilan kali, ya. Gara-gara film Dilan ini, medsos rame banget sama meme tentang Dilan, mulai dari meme yang Dilan-Milea di angkot, Dilan naik motor nyamperin Milea, dan beragam meme lainnya.
Aku sempet lihat trailer filmnya sih, emang bisa bikin fluttering ya wkwkwk. Jadilah, Dilan menjadi sosok yang dikagumi.

Aku pernah lihat curhatan kaum adam di medsos yang bilang kalau mereka minta kaum hawa tolong jangan berharap terlalu tinggi, tadinya minta Fahri di AAC2, terus minta sosok Dilan, kaum adam lelah jadinya (katanya). Asyik aja sih baca curhatan macam itu. Apalagi baca komennya, beuh kalo ada comment war nih, bikin pengen terus scroll (jangan ditiru ya teman2, itu kegiatan nirfaedah, mendingan baca laman blogku wkwkwk).  
Selain meme dan curhatan, cuplikan kalimat Dilan pun jadi banyak yang hapal. Siapa yang gatau cuplikan ini?

Jangan rindu, ini berat. Kau tak akan kuat, biar aku saja.
-          Dilan, 1990

Eaaa, fluttering ngga kalo kalian digituin? Jangan ya girls, rindu itu hak semua orang, rindu itu ngga berat, justru rindu itu sumber kasih sayang. Semakin besar rindu, semakin berharga waktu ketika bertemu, sedetik saja melihat sosoknya terekam sepanjang masa kenangannya. HAHAHAHA. Bukan itu ya tapi intinya.

Care banget emang si Dilan ini, dan kenyataannya emang begitu. Eh tapi teman-teman, ada sosok yang lebih peduli dari Dilan ternyata. Aku pernah melihat snapgram temen yang menyetuh dan menyadarkanku banget. Intinya dia bilang kalau Dilan ngga ada apa-apanya dibanding Rasulullah SAW. Kalian juga mungkin sudah liat bagaimana bisa Rasulullah lebih pedulian daripada Dilan. Kalau Dilan sanggup menanggung rindu Milea, Rasulullah sanggup menanggung sakitnya sakaratul maut seluruh umatnya, SELURUH UMATNYA. Betapa pedulinya Rasulullah terhadap umatnya. Sesosok Rasulullah, yang mana dicabut nyawanya oleh malaikat maut dengan sangat hat-hati saja bisa merasa kesakitan, apalagi kita yang berlumpur dosa ini? Sungguh pasti terasa amat sangat menyakitkan. Dan Rasulullah dengan lapang hatinya bilang kalau beliau mau menanggung itu untuk umatnya. Bahkan Rasulullah  belum pernah tahu bagaimana sikap kita terhadap beliau dan ajaran yang telah beliau sampaikan. Beliau cinta banget sama umatnya, sama kita. Jadi buat para jones yang selalu bilang ‘ngga ada yang cinta padaku’, kamu harus tahu kalau ada manusia yang sudah mencintaimu beratus hingga beribu tahun sebelum kamu lahir. Tanpa bermaksud membandingkan Rasulullah dengan Dilan (karena emang Rasulullah sempurna akhlaknya, sedangkan Dilan tidak), kita harus tahu kisah Rasulullah ini. 

Kita harus tahu bahwa begitu besar Rasul mencintai kita, begitu besar yang telah beliau korbankan buat kita. Lalu, apa yang sudah kita berikan buat beliau? Jika Milea membalas cinta yang diberikan Dilan dengan seluruh hatinya. Mengapa kita tidak bisa melakukannya juga terhadap orang yang mau menanggung sakitnya kematian kita nanti? Aku jadi malu sama diri sendiri yang lebih antusias liat drakor daripada denger cerita tentang Rasulullah. Astaghfirullah, jangan dicontoh ya sifat saya ini teman-teman, emang Sitta ini Cuma bisa ngomong. Yah, namanya manusia, mudah mengatakan tapi sulit mempraktikkan. Tapi kita tetap harus berproses buat bisa jadi manusia yang lebih baik, walau sedikit demi sedikit karena lama-lama akan jadi bukit. Klise memang, tetapi begitulah adanya.

Post teman saya satu itu menohok banget buatku, merasa terciduk belum bisa membalas cinta Rasulullah dengan baik. Lalu ada lagi kisah Rasulullah yang ada kaitannya dengan Dilan. Dilan romantis banget sama Milea, Dilan cinta banget dengan Milea. Dilan jadi parameter cowok idaman kaum hawa akhir-akhir ini. Bikin heboh emang si Dilan ini. Lalu, ada snapgram temanku yang lagi-lagi mengingatkan kita bahwa Rasulullah adalah parameter yang jauh lebih bagus dari Dilan. Sebenarnya aku udah pernah lihat post tentang ini di snapgram lain jauh sebelum ada kaitannya dengan Dilan Milea.

Mungkin kalian juga sudah tahu bagaimana romantisnya Rasulullah terhadap istri-istrinya. Kurang lebih ceritanya begini : Saat itu Rasulullah pulang larut malam karena suatu urusan. Beliau lebih memilih tidur di luar pintu dengan beralas sorbannya daripada mengganggu Aisyah (istrinya) yang sedang tidur. Padahal, Aisyah juga ada di balik pintu, tertidur karena menunggu Rasulullah SAW yang belum pulang. Mereka saling peduli, Aisyah mengkhawatirkan Rasulullah yang belum pulang, Rasulullah memilih di luar tidak ingin membangunkan istrinya, saling menunggu berbataskan pintu. Aduhai baper aku bacanya, lebih baper dari drama koriya.

Rasulullah emang teladan banget buat segala aspek kehidupan. Aisyah pernah berkata kalau akhlak Rasulullah adalah Al-Qur’an, terpuji. Ada kisah lain yang saya lupa sumbernya darimana. Inti kisahnya kurang lebih begini : Rasulullah sedang berkunjung ke rumah salah satu istrinya, di sana beliau mendapatkan kiriman makanan dari istrinya yang lain. Istrinya yang di rumah itu menyenggol piring makanan itu yang sedang dibawa pembantu dan piringnya pecah sehingga makanannya berhamburan di lantai. Rasulullah tidak marah atau menyuruh pembantu itu membersihkannya. Rasulullah sendiri yang mengambil pecahan piring dan serakan makanan lalu berkata “Ibu kalian sedang cemburu”. Aduhai baik banget emang Rasulullah ini, beliau pengertian sekali dengan istrinya. Beliau mengatakan  “Ibu kalian sedang cemburu” agar perbuatan istrinya yang membuat piring pecah itu tidak dicela orang lain. Rasulullah memberikan contoh yang baik bagaimana menyikapi istri yang cemburu.

Intinya, mungkin tidak salah menyukai kisah Dilan-Milea. Ambil hal-hal yang baik, seperti sifat perhatian Dilan kepada Milea, dan buang hal-hal yang buruk, seperti berpelukan dengan yang bukan mahramnya. Tetap ingat bahwa Rasulullah lah yang seharusnya kita jadikan suri teladan, sebagaimana Allah sudah memberi tahu kita bahwa Nabi Muhammad SAW lah yang akhlaknya menjadi suri teladan bagi alam semesta. Oiya, ada yang lebih mencintai kita sebelum kita diciptakan, cintanya begitu besar dan tiada habisnya. Ada yang lebih peduli kepada kita, sekali pun kita sering melupakannya. Siapa lagi kalau bukan Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.


P.S : Untuk cerita Rasulullah SAW yang lebih akurat, silahkan baca di situs yang lebih kredibel. Oiya, buat yang udah nonton film Dilan boleh cerita sudut pandangnya tentang Dilan, maaf kalau ada yang kalimat saya yang menyinggung, apalah saya yang hanya manusia butiran micin hehehe.


Di tengah kegalauan menyambut KKN

Batang, 12 Februari 2018

You Might Also Like

0 komentar